Rabu, 06 Juli 2011

TANAMAN PALA SUMBER KEMAKMURAN RAKYAT FAKFAK

TANAMAN PALA SUMBER KEMAKMURAN RAKYAT FAKFAK
            Pemerintah  Kabupaten  Fakfak  di  bawah  pimpinan  Bupati   Drs. Mohammad Uswanas, M.Si akan mengupayakan pengembangan tanaman pala secara besar-besaran sebagai salah satu komoditas unggulan utama daerah. Tanaman pala memiliki nilai ekonomis tinggi dan sudah sangat dikenal masyarakat Fakfak, sehingga pengembangan bisnis pala di Kabupaten Fakfak tidak akan mengalami kesulitan, baik  di hulu sampai hilir. Hanya perlu dilakukan  penerapan pengembangan teknologi tepat guna terhadap proses pembibitan, budidaya, panen, pasca panen, pengolahan hasil dengan target memberikan nilai tambah tinggi bagi perkembangan perekonomian daerah. Dengan demikian Kabupaten Fakfak dapat berperan sebagai penentu harga pasar pala dan hasil olahan pala tingkat nasional dan dunia di masa datang.
Selain itu menurut Bupati, sudah saatnya kita sebagai aparatur pemerintah mulai berpikir dan melakukan upaya penggalian potensi sumber pembiayaan pembangunan daerah dari hasil pendapatan pengelolaan potensi sumberdaya alam yang dimiliki daerah, bukan lagi mengharapkan subsidi pemerintah pusat dan provinsi. Untuk itu pemerintah mulai berpikir dan bekerja memberdayakan masyarakat untuk memperoleh pendapatan yang tinggi dan mendorong pihak swasta di daerah mengembangkan teknologi untuk mengelola potensi sumberdaya lahan dan perairan yang dimiliki Kabupaten Fakfak. Dengan pendapatan yang tinggi, maka  masyarakat dan pihak swasta/investor mampu memberi sumbangan penerimaan daerah berupa pajak, restribusi, dan hasil penghasilan bukan pajak kepada pemerintah daerah.
            Harapan dan pemikiran Bupati merupakan salah satu langkah awal yang strategis dan luar biasa dalam pencapai visi Beliau, yaitu pemberdayaan masyarakat. Tanpa pemberdayaan masyarakat dan pihak swasta lokal, serta masuknya investor yang memiliki teknologi dan modal/dana ke Fakfak, maka jangan diharapkan akan terjadi percepatan pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Fakfak. Apalagi Kabupaten Fakfak telah memiliki kondisi keamanan yang sangat kondusif untuk mendorong masuknya investasi nasional maupun asing.
Untuk memantapkan pengembangan investasi di daerah, maka pembenahan sistem infomasi data statistik untuk kepentingan promosi dalam meyakinkan berbagai pihak, baik secara langsung atau tidak langsung melalui promosi lewat media massa dan internet harus dilakukan. Sudah saatnya Pemerintah berperan sebagai marketing bagi pengelolaan potensi kekayaan sumberdaya daerah yang tidak mampu dikelola secara lokal.  Menyadari hal tersebut, maka Bupati Fakfak saat ini  sangat agresif dan antusias  memasarkan seluruh potensi sumberdaya alam terutama tanaman pala dan potensi hasil laut dengan  mengajak para pemerhati/ahli dan pemodal ke Fakfak, bahkan Beliau memiliki komitmen  membangun BUMD Holding Company dengan melibatkan pemerintah daerah dan stakeholder lainnya (BUMN/Investor/Pengusaha nasional & lokal/masyarakat luas).
            Dalam rapat yang dilaksanakan di Hotel Grand Fakfak dengan narasumber ahli teknologi pangan Johanes R.Pontoh telah dipaparkan beberapa produk dari hasil olahan yang berasal dari tanaman pala. Ternyata daging buah pala yang saat ini sebagian besar menjadi limbah produksi, biji dan  bunga/fully pala dapat diolah menjadi bahan makanan/minuman, makanan/minuman, obat-obatan, kosmetik, pewangi, dan lain-lain yang memiliki nilai tambah tinggi bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Namun yang lebih mengagetkan dalam paparan tersebut dikemukan bahwa ada salah satu negara di kawasan Lautan Atlantik, yaitu  Granada ternyata kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya dapat tercapai akibat pemerintahnya mengembangkan bisnis tanaman pala secara modern dan sungguh-sungguh. Padahal potensi produksi dimiliki Granada yang berpenduduk 13 juta jiwa hanya seperempat dari potensi produksi tanaman pala yang dimiliki Kabupaten Fakfak dengan jumlah penduduk hanya sebesar 72.016 jiwa. 
Dengan demikian terlihat bahwa  Kabupaten Fakfak yang memiliki potensi  pala lebih besar empat kali lipat dan dengan jumlah penduduk hanya 0,554 % dari jumlah penduduk Granada (13 juta jiwa), maka seharusnya kesejahteraan masyarakat Fakfak lebih besar 722 kali lipat dari tingkat kesejahteraan masyarakat di Granada. Namun sayangnya secara realitas tidak sesuai dengan harapan kita karena kebijakan pembangunan masa lalu belum memfokuskan pengembangan tanaman pala secara sungguh-sungguh. Apabila telah dilakukan usaha sejak dulu, maka saat ini pemerintah daerah dapat jadikan bisnis pala sebagai jaminan obligasi bagi daerah untuk pembiayaan beberapa pembangunan infrastruktur transportasi, listrik, air bersih, telekomunikasi, pemerintahan, riset dan teknologi, pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, keamanan, keagamaan, dll), peningkanan SDM berbagai bidang, jaminan sosial masyarakat, dan pengembangan bidang pariwita yang akan mendatangkan devisa sangat besar bagi daerah.    
Masyarakat Fakfak sudah seharusnya menyadari bahwa keunggulan komparatif daerah, yaitu pala yang secara sadar telah dijadikan sebagai lambang kebanggaan pemerintah daerah dapat mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran jangka panjang, apabila tanaman ini dikembangkan secara sungguh-sunguh sampai ke sektor hilir terutama dalam pengolahan dan pemasaran hasil olahannya yang dapat menghasilkan kurang lebih 36 komponen olahan industri mulai dari bahan makanan/miniuman, makanan/minuman, obat-obatan, kosmetik, pewangi, dan lain-lain. Hasil perkiraan perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa dengan potensi kebun pala yang dimiliki Kabupaten Fakfak saat ini seluas 6.733,8 ha bisa menghasilkan pendapatan daerah dan masyarakat sebesar Rp 3,3 Trilyun. Angka ini sangat besar bila dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Fakfak tahun 2007 menurut harga berlaku yang hanya sebesar Rp 912,37 milyar (Sumber : Survei Potensi Dasar Ekonomi Daerah oleh BI Jayapura dan UI, Tahun 2009)
            Sebagai daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam anugerah Ilahi yang sangat besar tidaklah susah untuk membuahkan kesejateraan dan kemakmuran bagi masyarakatnya yang penting adanya  (1). Kesadaran tinggi para pemimpin di daerah untuk berpikir strategis, euntreprenership, menyadari kondisi dan potensi sumberdaya alam dan masyarakat di daerahnya; (2). Berani melakukan terobosan yang dapat membawa dampak dan manfaat bagi masyarakat di daerah; (3). Memiliki team work yang kuat untuk mampu mengambil langkah-langkah implementatif dan mampu menyusun regulasi dari buah pikiran pemimpinnya; (4). Menyusun master plan & road map pembangunan/pengembangan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di daerah dan bisnis plan beberapa sektor/komoditas unggulan daerah; (5). Menyediakan database pendukung baik data numerik dan spasial secara digital dalam sistem on-line melalui internet (Web-site Kabupaten Fakfak).
Kabupaten Fakfak harus berbangga hati telah memiliki modal awal dan modal dasar berupa pemimpin yang memiliki komitmen yang kuat untuk hal tersebut. Hanya sekarang masyarakat Fakfak memiliki niat atau tidak untuk merubah nasib dan merubah cara pikir serta bekerjasama dengan pemerintah untuk menjadikan tanaman pala sebagai  komoditas unggulan daerah yang dapat merubah masa depan menjadi lebih baik. Sudah saatnya kita mulai membangun komitmen bersama, yaitu :
(1).  Tiada Hari Tanpa Tanam Pala, Pala Sumber Kemakmuran Kita”,
(2). “Tanam Pala Hari Ini Untuk Kemakmuran Masa Depan;
(3). Waktu Kecil Tanam Pala, Dewasa Panen Pala, Hidup akan Bahagia dan Sejahtera”.  
Kata-kata motivasi ini sudah saatnya mulai disosialisaikan dan dikampanyekan ke seluruh pelosok wilayah Kabupaten Fakfak oleh Pemerintah Daerah dan para tokoh.  Bahkan untuk membangun hubungan emosional perlu diterjemahkan ke dalam bahasa daerah/lokal masing-masing petuanan. Mengingat Kabupaten Fakfak memiliki sistem adat yang sangat bagus melalui tujuh petuanan raja, maka  sebaiknya tugas sosialisasi dilakukan oleh masing-masing raja yang didamping oleh tim teknis. Pemerintah hanya mendukung dengan fasilitas dan menjamin penyediaan bibit unggul bagi masyarakat.
Selain itu juga dilakukan gerakan massal tanam pala oleh Pemerintah, TNI/POLRI, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda, siswa/I, mahasiswa/i yang ditata dalam beberapa kawasan, antara lain : kawasan  menuju bandara baru Siboru, kawasan kebun raya pala di salah satu sudut dekat Kota Fakfak (Kiat/Werba) sebagai Laboratorium Alam, kawasan lahan terlantar, kawasan penghijaunan di jalur hijau jalan kota/kampung, kawasan halaman tempat ibadah, perkantoran, sekolah-sekolah; kawasan kritis/tandus melalui gerakan setiap hari Jumat atau Sabtu Tanam Pala dan sekaligus menyelenggarakan  bazar untuk jual dan nikmati Hasil Olahan Pala industri rakyat. Ini merupakan langkah awal yang perlu dilakukan pemerintah untuk memotivasi masyarakat Tiada Hari Tanpa Tanam Pala, sehingga dapat menjadikan pala sebagai tanaman rakyat.
Setelah itu mengembangkan Program Satu Kepala Keluarga atau Rumah Tangga Masyarakat di Setiap Kampung harus memiliki 5 ha tanaman pala dan pemerintah daerah membangun pusat pembibitan di 3 titik (Teluk Patipi/Kramongmongga, Fakfak Tengah, dan Fakfak Barat) untuk membantu masyarakat agar mudah memperoleh bibit unggul. Apabila program ini dapat terlaksana,  maka Kabupaten Fakfak yang memiliki 16.555 Kepala Keluarga, akan mengembangkan lahan pala di Kabupaten Fakfak menjadi  82.775 ha. Dengan asumsi 10% dari luas lahan di Kabupaten Fakfak (1,432 juta ha) dapat dikembangkan menjadi kebun pala, maka masih ada potensi lahan tersisa seluas 57.225 ha. Lahan tersisa tersebut dikembangkan kebun pala pola kerjasama antara pemerintah daerah, masyarakat pemilik tanah ulayat dengan pihak swasta/investor melalui pola bagi hasil atau kepemilikan saham yang berimbang.
Dengan luas lahan perkebunan pala di Kabupaten Fakfak seluas 140.000 hektar, maka harapan untuk menjadikan Fakfak sebagai  pusat pemasaran dan penentu harga pasar pala nasional dan dunia dapat terwujud. Apalagi adanya keinginan pemerintah daerah untuk membangun pusat industri pala yang akan menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, maka Fakfak akan memainkan peran yang sangat strategis sebagai kawasan cepat tumbuh di Indonesia dan kawasan Pasifik Selatan. Model pembangunan kawasan dengan pola big push yang terfokus pada satu atau dua komoditas andalan utama daerah (pala dan hasil perikanan laut) akan memberikan percepatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam jangka waktu singkat, seperti apa yang dilakukan Pemerintah Malaysia dalam mengembangkan tanaman kelapa sawit.
Modal yang dimiliki Fakfak sudah ada sebagai pendorong untuk  percepatan pembangunan ekonomi daerah, berupa pemimpin daerah yang berpikir strategis, cerdas, jiwa euntrepreunership, dan memiliki visi-misi yang jelas yaitu Pemberdayaan Masyarakat Fakfak untuk Sejahtera, Maju dan Mandiri. sekarang tinggal saatnya kita bekerja mewujudkan apa yang diimpikan menjadi kenyataan.
Akhir kata, “Tuhan Tidak Akan Merubah Nasib Suatu Kaum (Masyarakat Fakfak), Kecuali Kaum Itu (Masyarakat Fakfak)  Mau Merubah Nasibnya Sendiri.  Kata-kata ini harus kita resapi se-dalam-dalamnya karena pada rapat kemarin (5 Jui 2011), secara tegas Pak Bupati katakan bahwa untuk meminta dana sebesar Rp 1,1 Trilyun ke Pemerintah Pusat untuk keperluan pembangunan Bandara Udara baru di Kampung Siboru, secara tegas Pemerintah Pusat katakan tidak ada uang. Dengan demikian kapan rencana bandara udara yang sudah sangat diharapkan masyarakat tersebut bisa terwujud. Kalau seandainya kita mampu mengoptimalkan potensi lahan pala yang telah seluas 6.733,8 ha secara maksimal, maka kita akan peroleh potensi pendapatan daerah sebesar Rp 3,3 Trilyun setiap tahun.  Dengan asumsi pemasukan untuk Penerimaan Asli Daerah (PAD) sebesar 10% dari potensi pendapatan daerah, maka penerimaan PAD menjadi Rp 330 Milyar. Dengan demikian dalam waktu 3 tahun anggaran pemerintah daerah mampu menyelesaikan pembangunan lapangan terbang tersebut. Apalagi ditambah dengan kekayaan hasil laut  yang ada di perairan Kabupaten Fakfak yang juga menghasilkan puluhan trilyun rupiah. Sudah saatnya kita mulai berpikir “Jangan lagi biarkan jutaan hektar lahan dan pesisir/perairan terlantar, padahal disitu terkandung puluhan trilyun rupiah. Padahal kita selalu merasa kurang uang  untuk memenuhi belanja kebutuhan pembangunan kita.  Saat ini hanya dibutuhkan strategi, teknologi, dan kemauan yang kuat untuk mengolah potensi tersebut menjadi pendapatan daerah. Setelah itu dilakukan rekayasa pembiayaan pembangunan daerah dengan pola Obligasi dengan jaminan berupa ratusan trilyun rupiah dana yang masih tersimpan dalam bentuk potensi kekayaan sumberdaya alam daerah.  
Pemerintah daerah perlu mengajak masyarakat terutama pihak swasta di daerah Fakfak untuk mulai mengalihkan profesinya menggarap potensi kekayaan sumberdaya alam daerah dan secara bertahap mulai berhenti menjadi Pengusaha Plat Merah dengan mengerjakan proyek-proyek pemerintah yang memiliki keterbatasan dana. Namun mulai saatnya berpikir menggali puluhan trilyun rupiah uang setiap tahun yang masih tersimpan di dalam lahan dan perairan di sekitar kita. Kalau ini digarap, maka pemerintah daerah akan memperoleh pajak, restribusi dan penghasilan bukan pajak yang besar karena kondisi rakyat dan pengusaha kaya untuk mampu membayar pajak.
 Dengan kondisi masyarakat yang produktif dan kaya, maka dana pemerintah daerah yang sebagian besar diperoleh dari subsidi pemerintah pusat tidak akan lagi digunakan untuk bantuan sosial dan masyarakat tidak lagi menjadi beban pemerintah daerah. Namun sebaliknya justru masyarakat lah yang dapat membantu pemerintah, pemerintah bekerja untuk menciptakan kebijakan, pelayanan, pembangunan prasarana dan sarana publik yang dibutuhkan masyarakat Fakfak.
                                                                                                                        Fakfak, 6 Juli 2011
                                                                                                                        Laduani Ladamay

1 komentar: